Sunday, June 16, 2013

Riddle Chapter 2 : Gadis manis dari masa lalu


Udara dipagi ini terasa begitu segar, hembusan angin yang pelan, suara kicauan burung-burung menambah indah suasana di pagi ini.

                “Hmm, segarnya. Mari berangkat, ayah aku pergi dulu ya”

                “Oi ven, hari ini kau tidak boleh bawa motor pelanggan ayah lagi!!!”

                “Tenang ayah, hari ini aku akan naik bus saja haha..”

Yup ini adalah hari pertamaku bertugas bersama Harry Sullivan, sang detektif eksentrik yang terkenal karena aksinya dalam memecahkan kasus-kasus besar dengan gayanya yang sangat keren. Setiap pagi aku selalu mampir dahulu di kios milik Otto huckster, seorang penjual berita harian di dekat rumahku. Sewaktu sekolah dulu, aku hampir tiap hari membaca berita-berita terbaru yang terkait dengan sang detektif, ya bisa dibilang sang detektif lah yang menginspirasiku untuk menjadi seorang detektif juga. Kios milik otto terbilang cukup kecil, mungkin karena aku terlalu sering berhutang koran padanya, sehingga usahanya tidak bisa berkembang lebih hehehee.

                “Selamat pagi, Otto”

                “Pagi, oh kau ven”

                “hei, ini masih pagi, kenapa wajahmu muram begitu otto?? Rejekimu bisa hilang lho, kalo wajahmu muram begitu” ( sambil menuding wajah otto )

                ( muka bete ) “gimana rejekiku mau lancar, pagi-pagi kau sudah kesini”

“hei, apa maksudmu??”

“ah sudahlah, jangan berlagak polos begitu, aku sudah paham ven”

“hahaha, jadi ada kabar apa dikoran pagi ini kawan??”

“kau baca saja sendiri, berita tentang detektif idolamu ada dibagian bawah itu, silahkan cari sendiri”

“kau memang yang terbaik Otto”

“jika semua pelangganku orang sepertimu yang hanya mau membaca gratis tanpa harus membayar, bulan depan usahaku bisa tutup ven”

“hahaha, bukankah semua pelangganmu memang begitu otto”

*glekk otto menelan ludahnya
            “ya satu-satunya pelangganku cuma kamu ven!!!”
            
            “hahaha sudah-sudah jangan kau bersungut begitu, wajahmu makin mirip ikan lele”
        
            “asemmm”

Kuabaikan otto yang marah-marah padaku, haha itulah agendaku setiap pagi yaitu menggoda si muka muram Otto huckster. Aku kira dia juga merasa senang J. Koran pagi ini kembali membahas aksi sang detektif nyentrik Harry Sullivan, di koran beritanya selalu jadi headline apalagi menyangkut kasus-kasus besar. Pagi ini, berita mengabarkan jika sang detektif baru saja menangkap pelaku pencurian mobil mewah sang milyarder, Rico Bowman.

            “wah, aksinya makin membuatku kagum padanya”

            “lihat ini Otto, sang detektif berhasil menangkap pencuri mobil mewah milik milyarder Rico Bowman, bukankah ini berita yang hebat?? Bagaimana menurutmu??”

            “aku tidak terlalu percaya dengan apa yang tertulis di media, ven”

            “apa maksudmu?”

         “ya, apa yang tertulis di media tidaklah sepenuhnya murni fakta yang ada. Terlalu banyak berita picisan dan omong kosong menurutku”

                “hei hei, apa kau punya dendam pribadi dengan para jurnalis berita harian ini??”

Kulihat otto sedikit gugup mendengar pertanyaanku barusan.

                “ehm, anu jangan kau kait-kaitkan dengan hal yang tidak-tidak ya”

                “memangnya kenapa? Aku hanya bercanda saja kawan”

                “bagiku media adalah sarana yang ampuh untuk membentuk opini publik, semua yang tertulis disitu kebanyakan orang akan mempercayainya tanpa menyelidiki fakta yang sebenarnya, makanya aku tidak terlalu percaya dengan pemberitaan saat ini”

                “tumben, otakmu sedikit encer, haha”

                “haha, pujianmu sama sekali tidak membuatku merasa tersanjung, ven”

                “oi oi, wajahmu tidak bisa bohong tuh...”

Ya, Otto si muka muram memang tak pandai untuk berakting.

                “wahhh, sudah jam berapa ini?? Jika tidak buru-buru aku akan terlambat ke kantor sang detektif, aku berangkat ya Otto, terima kasih untuk semuanya”

                “hadeuh, kebiasaan yang terulang lagi -_-“ ( dia tidak bayar lagi )

Aku segera berlari menuju halte bis terdekat, nafasku terasa begitu berat mungkin karena akhir-akhir ini aku kurang berolahraga pagi. Dari pertigaan jalan didepan, sebuah bis baru saja datang dan berhenti di halte depan, para penumpang yang sedari tadi menunggu di halte mulai menaiki bis, aku masih berlari sekuat tenaga agar tidak ketinggalan. Jika aku ketinggalan bis kali ini, aku harus menunggu bis berikutnya yang datang 30 menit sesudahnya dan pasti aku akan semakin terlambat ke kantor.
*hosh hosh hosh
                Sambil terengah-engah, kutahan pintu depan bis agar tidak tertutup, sambil tertunduk mengambil nafas. Kulihat sang kondektur yang sudah bersiap untuk menutup pintu bis menandakan bis akan segera berangkat.

“tunggu pak, jangan berangkat dulu, aku tak mau nunggu bis berikutnya”
*hosh hosh hosh

                “wah anak muda jaman sekarang keliatan bersemangat sekali ya, cepat naik nak. Bis ini akan segera berangkat”

Sang kondektur mempersilahkanku naik sambil melebarkan senyumannya yang sangat ramah, meskipun umurnya sudah tak lagi muda, namun semangatnya masih menyala.

                “yosh, terima kasih bapak, melihat semangatmu membuatku menjadi lebih bersemangat”

Sang kondektur hanya tersenyum saja, segera kucari tempat duduk yang kosong. Kulihat pagi ini bis cukup ramai penumpang hampir semua tempat duduk telah terisi. Dan tiba-tiba mataku tertuju pada satu titik.

                (hmm, ada wanita cantik disana, wah kebetulan kursi disebelahnya pun masih kosong)
                “ehm permisi nona, boleh aku duduk disebelahmu??”

                “....”

Dia tak menjawab salamku, mungkin dia tipe orang yang cuek. Biarlah yang penting aku bisa mendapatkan tempat duduk dan bisa bersebelahan dengan wanita cantik. Pagi yang menakjubkan J

                “ehm, nona sepertinya perjalanan kali ini begitu membosankan ya”

                “......”

Dia masih saja mengacuhkanku, aku masih belum bisa melihat wajahnya, kulihat sejak aku datang dia hanya menatap ke arah jendela. Hanya rambutnya yang hitam panjang yang aku lihat daritadi. Seperti duduk disebelah SADAKO, hahaa.

*syuuuuuttttt
Mobil bis yang kami tumpangi tiba-tiba mengerem mendadak, otomatis semua penumpang kaget dan terantuk kedepan. Gadis yang disebelahku juga ikut terkejut dan sepertinya mulai menyadari kehadiranku disampingnya. Dia memalingkan wajahnya padaku, wah beneran SADAKO!!! Ah itu Cuma imajinasiku saja, hahaha. Dia gadis yang cantik.

                “eh kamu.....”

*Jarinya menunjuk tepat kearah hidungku

                “kamu ven, kan?? Ven riddle, ya kan??”

Eh?? Kenapa dia tahu namaku, padahal aku baru saja bertemu dengannya. Aku berpikir mencoba mengingat-ingat kembali teman di masa lalu. Semakin ku berpikir, membuat kepalaku pusing. Aku belum pernah melihatnya, tapi anehnya dia tahu namaku. Siapa gadis ini?? Apa dia teman di masa laluku?? Tapi siapa?? Aku benar-benar tidak mengingatnya.

                “iya, kamu ven riddle kan?? Yang satu kelas sama viona, aku tak mungkin lupa wajahmu”

                “ehm anu, maaf kamu siapa ya?? Kupikir kita baru pertama kali bertemu”

                “eh apa?? Oh maaf, aku lepas headsetku dulu, aku tidak bisa mendengar ucapanmu tadi”

( hah?? Pantas saja dari awal dia tak memperdulikanku, ternyata.... )
                “maaf, nona cantik, apa kita pernah bertemu sebelumnya??”

                “masa kau tak mengingatku ven? Jangan bilang penyakit pikunmu belum hilang ya J

Dia tersenyum padaku, namun sungguh otakku tak mampu mengingatnya. Penyakit memori jangka pendekku kambuh lagi, tapi jujur senyumannya begitu manis.

( arrgghhhh, kenapa aku tak bisa mengingatnya, setidaknya sedikit memori tentangnya )

                “ini aku, ramona, masa lupa sih?? Teman SMA mu ven, ih kamu tuh ya nyebelinnya ga ilang-ilang”

                “heh? Ramona?? Teman SMA?? Seingatku tidak ada yang namanya ramona?”

                “bentar, kamu pasti inget sama yang ini”

Dia membuka tasnya yang berada di pangkuannya, dia mengambil sebuah benda kecil ditangannya.

                “tara!! Kau pasti ingat ini ven??”

Sebuah gantungan kunci kecil berbentuk lup (kaca pembesar) ia tunjukan padaku. Dan *triinngg memoriku kembali lagi, aku teringat saat SMA dulu aku pernah memberikan sebuah hadiah pada seorang gadis berupa gantungan kunci lup.


*flashback
(hari ulang tahun rona)
Di sela jam istirahat, ven menemui rona yang sedang duduk sendiri di teras depan kelas.

                “hei, ron ada sesuatu yang ingin aku berikan padamu”

                “wah wah, apa itu ven?? Setangkai bunga?”

                “bukan, tapi ini, taraaaaa”

                “eh? Gantungan kunci lup?? Kenapa ini sih?”

                “ini sebagai hadiah ulang tahunmu, ron dan hadiah ini semoga mengingatkanmu pada detektif terkenal Ven Riddle hahaa”

                “halah, gayamu sok banget ven, baiklah aku akan jaga baik-baik hadiahmu ini”

Tiba-tiba rona mencium pipi ven, dan membuat ven kaget.
                “rona, barusan kau...”

                “iya, ini sebagai balasan atas kebaikanmu ven J

                “engkau adalah sahabat terbaikku, rona”

Ven memeluk rona sambil tersenyum.

Aku ingat sekarang, ya dia gadis yang waktu itu, namun aku masih ragu.
                “eh?? (dengan tampang ragu) apa kamu rona??”

          “ehm jangan kau panggil aku dengan nama itu ven, itu masa lalu. Sekarang panggil aku ramona ya J

                “EHHH jadi kau benar rona ya??? Penampilanmu saat ini sungguh membuatku tak percaya, kau begitu berbeda dari rona yang dulu kukenal”

                “sudah ah, jangan membuatku merasa malu ven J

Sungguh penampilan rona, eh maskudku ramona yang sekarang begitu berbeda. Dia begitu cantik dan feminim, dengan dress yang dipakainya saat ini dan rambutnya yang terurai panjang membuatnya menjadi semakin cantik dan manis J. Rona adalah sahabatku saat SMA, dulu dia terkenal tomboy dan sering bergaul dengan anak laki-laki, maka dari itu dia lebih sering dipanggil rona. Sampai-sampai aku lupa kalau nama aslinya adalah ramona J.

                “ron, eh ramona, bagaimana kabarmu saat ini? Sudah lama kita ngga ketemu seperti ini dan lihatlah perubahanmu, kau begitu berbeda sekali”

                “hihi, terserah kau ven, mau memanggilku apa, sepertinya kau belum terbiasa memanggilku dengan nama itu J. Kabarku baik ven, gimana menurutmu penampilanku saat ini??”

                “kau begitu cantik dan manis” ( dengan nada lirih )
*upss kata-kata itu begitu saja terlontar refleks dari mulutku, membuatku jadi malu padanya.

                “apa? Kau barusan bilang apa??”

                “ah ngga, bukan apa-apa kok hee”

Tak kusangka, rona yang dulu begitu tomboi kini tampil begitu feminim. Perubahan yang begitu drastis.

                “ehm, melihat penampilanku yang sekarang ini, apa mungkin kau menyukaiku ven??”

                “eh??”

                “udah-udah lupakan saja, itu hanya gurauan saja kok hee J, lagipula kau sudah menjadi milik viona kan?”

Ku hanya terdiam mendengar pernyataannya barusan, apa dia menyukaiku? Entahlah, dahulu pernah ada rumor yang beredar bahwa rona menyukaiku karena kami terlalu sering jalan bersama. Saat itu kami dekat karena memang kami bersahabat, mungkin orang lain melihatnya sebagai hal lain. Namun pernyataannya barusan menguatkan hal itu.

                “oh iya, gimana kabarnya viona? Sekarang kudengar dia menjadi scientist muda”

                “yup, ... ... ... bla bla bla”

Kami pun mengobrol panjang lebar, perjalanan pagi kali ini tidak begitu membosankan. Disela-sela pembicaraan kuselipkan gurauan-gurauan lucu yang membuatnya tersenyum sekedar untuk mencairkan suasana. Selagi asyik mengobrol, tiba-tiba ramona memotong pembicaraan kami.

                “ven, maaf ya obrolan kita sampai disini dulu, tujuanku bentar lagi sampai nih”

                “memang kau mau kemana, ramona??”

Yes, akhirnya aku bisa memanggilnya dengan nama ramona, meski terkadang lidah ini masih terbiasa dengan nama yang dulu.

                “ini, aku mau mengembalikan buku yang aku pinjam ke perpustakaan, udah dulu ya ven, sampai jumpa lagi J

                “ya, hati-hati ron, eh ramona”

Dia beranjak dari tempat duduknya, berlalu dari tempatku dan menuju ke kondektur. Dia memberitahu sang kondektur untuk berhenti di perpustakaan di depan. Bis pun kembali berjalan meninggalkan ramona di jalan perpustakaan.

                “ramona, meski penampilanmu berubah namun perasaanmu sama sekali tidak berubah sedikitpun”

-------------------------------------
Di sisa perjalanan, ku hanya terdiam melamun. Di tengah lamunan, tiba-tiba bunyi dering hp ku berbunyi
*tuuuttt tuuuutttt
                “dari viona rupanya, halo vi...”

                “dasar, ven bodoh!!!!!!”

                “eh, kenapa kamu viona??”

                “jujur si pikun, tadi kamu tebar pesona sama gadis cantik kan?? Iya kan??”

                “eh??”

Darimana dia tahu hal itu?? Satu hal misteri yang aku tidak mengerti tentang viona adalah ia selalu tahu saat diriku tengah berada dengan wanita cantik dan setelah itu pasti dia langsung menginterogasiku seperti seorang tersangka yang telah berbuat mesum -_-.

                “dasar mesum, aku ngga akan mendengarkan pembelaanmu”

                “eh eh tunggu dulu, dokter muda yang cantik dengarkan penjelasanku terlebih dahulu..”

Ya begitulah, setiap kali kami bertengkar, aku harus menjelaskan dengan alasan yang tepat agar ia tidak salah paham. Pernah aku mencoba melakukan eksperimen terhadap kebiasaannya padaku, hari itu aku ngobrol panjang lebar dengan nenek-nenek lansia. Lalu apa yang terjadi, dia sama sekali tak memberikan reaksi apapun padaku, karena rasa penasaran, aku coba menelponnya dan dia hanya tertawa sembari mengatakan padaku. “Kalau nenek-nenek, aku ikhlas”. Pernyataan yang menyebalkan.

                “baiklah, aku percaya ven”

Namun dibalik misterinya yang sungguh membingungkan, viona sangat perhatian dan peduli akan kesusahan yang menimpa orang lain. Kebaikan hatinya lah yang meluluhkanku.

                “tapi jika aku melihat secara langsung, kau tebar pesona ke gadis lain, akan kubuat otakmu tidak bisa mengingat apapun lagi”

Tapi dia gadis yang menyeramkan!!!!!

T-T
END THIS CHAPTER

Monday, June 10, 2013

Riddle Chapter 1 : Brand New Day

*kriiiinngggg krrriiinngggg
bunyi alarm berdering begitu nyaring, mataku masih enggan tuk terbangun kugerakkan tangan untuk mematikan alarm yang sedari tadi berdering merdu. Sambil meraba-raba berusaha mencari-cari beker tiba-tiba
*jeprattt

        aawww, sakiiiitttt

mataku terbangun seketika, kulihat tanganku terjepit jebakan tikus yang terpasang disudut kamar dekat jam beker.

        siapa yang masang jebakan tikus dikamarku??

*nyut nyut nyut
jari-jemariku kulihat memerah dan sedikit mengeluarkan darah, jepitan tadi ternyata ampuh untuk membuatku segera terbangun. Kulihat bekerku menandakan masih pukul setengah enam pagi.

        hoaaammm

*sambil mengusap mata
segera kuberanjak dari tempat tidur dan menuju ke ruang dapur untuk sekedar mencuci muka, karena posisi dapur dan kamar mandi dirumahku bersebelahan. Kusisiri tangga menuju lantai utama di lantai satu.

        oi ven, sudah terbangun kau rupanya, cepat cuci mukamu itu!

        iya ayah, baik

ayahku, marco riddle memang selalu bangun pagi, lebih pagi dariku. dan setiap pagi yang menyiapkan sarapan adalah ayahku. karena kami hanya tinggal berdua, jadi segala sesuatunya dilakukan berdua. oh ya aku lupa memperkenalkan diri.

kenalkan namaku ven riddle, dirumah ini aku hanya tinggal bersama ayahku. marco riddle, seorang pemilik bengkel Anna & Riddle merupakan sosok ayah yang sangat bijaksana. namun terkadang menjengkelkan.
ibuku Anna sudah meninggal saat aku berusia 3 tahun dikarenakan kecelakaan mobil yang dikendarai ayahku.

saat kecelakaan terjadi, ibuku langsung meninggal seketika sedangkan aku menurut cerita ayah hampir koma akibat benturan keras di kepala dan sekarang aku menderita suatu penyakit aneh yaitu kehilangan memori jangka pendek.

        oi ven, bagaimana harimu?

        buruk! awal pagi ini begitu menyebalkan

        hahahahaa

        jangan-jangan, ayah yang memasangnya ya!!

        sudah-sudah tak usah kau marah sambil menunjuk begitu, habiskan roti itu dahulu ven, hahahaa

        benarkan, kubilang! sudah kuduga ini pasti perbuatan ayah

*kuhabiskan dengan cepat roti itu sambil memasang muka masam

        hahahaa, mataku sampai berair begini gara-gara tertawa hahaa

        itu tidak lucu ayah..

yup benarkan, terkadang ayahku memang menjengkelkan. terbukti dengan keisengannya pagi ini. benar-benar pagi yang menyebalkan.

        oke, ayah minta maaf ven. tapi cara itu sangat ampuh untuk membangunkanmu, karena ayah yakin jam beker takkan bekerja padamu.

        ...
*melanjutkan makan

        oh ya ven, bagaimana rencanamu hari ini, bukankah hari ini adalah hari pertamamu bekerja di kantor sang detektif itu? kudengar detektif harry tidak mudah menerima orang lain dikantornya, beruntungnya dirimu bisa diterima olehnya, ayah bangga padamu nak!

       

       
        to be continued, masih diketik :D




Pre Story

oke minna, sebelum semuanya dimulai
ada baiknya kita kenalan dulu sama tokoh-tokoh dicerita ini, kan ada istilah tak kenal maka tak sayang hihiii



  • Ven Riddle, sang detektif muda yang baru lulus dari akademi kepolisian dengan predikat lulusan terbaik. sifatnya cool dan kalem, sejak SMA sangat mengagumi detektif terkenal Harry Sullivan. Alasan utama ia masuk akademi kepolisian supaya bisa mengikuti jejak sang detektif. Kelemahan yang paling fatal ialah ia memiliki penyakit amnesia dadakan yang membuatnya lupa akan hal yang baru ia atau sudah alami. Ven yagmerupakan kekasih dari viona ini, seringkali kena omelan viona saat ia berada dengan wanita cantik, padahal viona tidak sedang bersamanya. (wanita yang menyeramkan) 
  • Viona Brown, seorang scientist muda yang sangat mencintai dunia tanaman herbal dan penyayang kucing. Memiliki tempat penelitian tanaman pribadi yang dikelola bersama ibunya yang sesama scientist. Kekasih ven ini mempunyai keunikan tersendiri, yaitu ia selalu tahu saat ven sedang bersama wanita muda yang cantik, radarnya langsung memberitahunya. namun tidak berlaku saat ven sedang bersama lansia. :P
  • Harry Sullivan, sang detektif terkenal yang dikagumi para gadis muda ini memiliki kepribadian buruk yang tidak diketahui orang banyak berkantor seorang diri di perempatan jl orchid dan hanya ditemani asisten pribadinya miss casey ia memiliki kepribadian ganda dimana sifatnya berubah drastis saat sedang menangani kasus terlebih saat ada wartawan meliput kasusnya, menjadi lebih cool  dan berwibawa dari biasanya sifat buruknya yaitu ceroboh, emosional dan sedikit urakan terlepas dari sifat buruknya itu
    detektif harry orang yang romantis dan mengerti cara memperlakukan wanita yang baik
    kenapa ia dikantornya hanya ada miss casey?? Itu merupakan rahasia 

kawan, saya cukupkan segini dulu ya pengenalannya, berhubung jam ngantor udah selesai jadi saya mesti pulang, yo minna. tunggu lanjutannya ya

Sunday, June 9, 2013

Janji Leon

yo minna, sebagai pembuka cerita
kali ini saya ngga ngejelasin dari awal ceritanya dulu yee, hehe
saya pengen ngebahas masa-masa ven saat SMA dulu...
nanti cerita ini bakal jadi satu kesatuan di cerita utama.

berhubung kejar target, saya suguhkan salah satu cerita ini dulu, semoga terhibur :)

Lonceng jam tanda berakhirnya sekolah pun berbunyi, aku bersiap untuk pulang segera ke rumah karena memang tidak ada urusan selepas pulang sekolah.


        Hei, ven mau kemana lu buru-buru gitu?

        Oh, kau leon, aku mau pulang saja, lagi malas pergi kemana-mana nih

        Kalo gitu ikut gua aja yo,

        Kemana?

        Ke bioskop, gua pengen ketemuan sama viona nih, temenin gua ya ven, please...

Ya, leonardo sang playboy sekolah sedang dekat dengan viona, dan hari ini dia berencana mengajak viona untuk kencan bersamanya, namun yang tidak kumengerti untuk apa dia mengajakku bersamanya. Kupikir ini akan menjadi hal yang membosankan buatku.

        Hmm, kalau kau nanti berkencan dengan viona, apa yang aku lakukan disana nanti?

        Ah kau itu ven, tenang aja gua ngga akan nganggurin kamu kok, OK ya kali ini saja ven

        Hmm, memang sepenting apa sih pertemuan itu ?

        Sebenarnya gua pengen nembak viona hari ini, namun gua butuh seseorang yang bisa menenangkanku kalo dia menolak gua hee
                
        Heh? Jadi kau mengajakku hanya untuk itu??
                
        Ayolah ven, lu sohib gua kan? Mana tega lu biarin gua merana sendirian?
            
(coba kau pikir leon, disini siapa yang lebih merana, melihat gadis pujaannya ditembak oleh temannya sendiri, apa kau tak punya perasaan leon?) 

        hmm, okelah kita berangkat
                
        Sippp, kau memang bisa diandalkan ven hihii

Kami pun tiba di bioskop yang dijanjikan leon, selagi menunggu viona, aku diajak leon ke cafe terdekat untuk sekedar minum kopi. Dan benar saja dugaanku, sedetik setelah kami bertemu viona, leon langsung mengabaikanku dan sibuk dengan viona seorang.

        Ven, lu tunggu disini aja yo, gua mau nonton bioskop dulu, lu boleh mesen apa aja nanti gua yang bayarin OK bro!

(heh, dasar teman tak bertanggung jawab, meninggalkan temannya seorang diri untuk bersenang-senang dengan yang lain)
     
        Eh ven, kenapa kau ngelamun gitu? Ikut kita yuk nonton film di dalem, filmnya seru lho...
     
        Eh, vio...

        Udah viona, ven tadi bilang ke gua kalo dia ga suka sama film itu, jadi dia lebih memilih nunggu disini aja begitu katanya..
                
        Oh benar begitu ven??
              
        Hehee iya vi 
   
(kamprett, sialan kau leon menyela pembicaraan seseorang itu sangat tidak sopan, awas kau leon!! )
     
        Oh yaudah, kita kedalem dulu ya, mari ven :)

Viona memberikan senyumannya padaku, oh senyuman yang begitu manis namun suasana hatiku sedang tidak begitu enak, kulihat mereka berdua membeli tiket bioskop dan membeli beberapa pop corn dan berlalu masuk ke dalam. Selama menunggu mereka selesai menonton, aku hanya terduduk seorang diri di meja cafe ditemani jus anggur dingin yang sudah mulai habis esnya. Menunggu memang sangat membosankan, cuaca yang terik membuat baju seragamku basah oleh keringat.

Jika saja si leon sialan itu nggak memotong pembicaraanku, mungkin saja saat ini aku sedang didalam bersama mereka, setidaknya aku tidak bosan seperti ini menunggu tanpa kejelasan, leon sialan. Fuhh
Jam pun berlalu begit saja, kulihat kerumunan orang mulai keluar dari gedung bioskop tanda film yang diputar telah habis. Selang beberapa menit kulihat mereka berdua keluar diantara kerumunan orang-orang. Dan berjalan menghampiriku.

        Ven, lama ya nunggu kita, maaf ya kamu ditinggal sendirian disini, abisnya kamu ngga suka sama  filmnya sih huhuu
                
(leon sialan, awas kau) 

        hee ngga ko viona, eh gimana tadi filmnya bagus ngga?
               
        Ya kau taulah sendiri ven, itu film yang sangat romantis yang pernah kita tonton, viona sampai menangis tadi
               
        Ih apaan sih kamu leon, (Sambil mencubit leon)

        Aww, sakit tau, tapi emang gitu kan hayoo.
     
*ttuuuuttuutt

Dering hp viona berbunyi, viona mendapat sms dari ibunya agar segera pulang dan viona pamit pulang duluan

        Ehm anu, permisi semuanya, maaf tadi ibuku sms suruh cepet pulang, jadi maaf ya ngga bisa lama-lama sama kalian, aku pulang duluan ya, mari ven
                
        Oh ya, mari viona

Dia hanya memanggil namaku seorang, walau begitu aku merasa sedikit tenang, viona pun berlalu dengan motor maticnya dan menghilang di pertigaan jalan didepan.

        Eh ven, gua mau cerita sesuatu tentang kejadian tadi...
               
        Kau mau cerita apa leon?

Sebenarnya aku sudah tidak enak dengan pembicaraan ini, namun aku juga penasaran dengan kejadian didalam bioskop.

        Hari ini gua sukses besar, ven hahahaha
               
        Apa maksudmu?? Cintamu diterima?
               
        Bukan hanya itu kawan, gua tadi ciuman sama viona didalem dan rasanya itu sungguh nikmat
     
*asem (kurang ajar kau leon, beraninya kau!!)
Hati ini sungguh merasa perih mendengarnya, namun kucoba untuk tetap kelihatan tenang

        Hah?? Benarkah?
     
        Ya, dan kupikir dia juga menikmati ciuman kami, kau tau ven, bibirnya itu begitu lembut dan basah, kau pasti iri jika melihatnya hahaha
    
(mendengarnya saja pun aku sudah membuatku muak, apalagi melihatnya membuatku ingin memukul wajahnya, shit)

Entah apa maksud leon menceritakan hal itu padaku, apa yang ia ceritakan sungguh membuatku meradang, namun aku berusaha meredam emosiku dan berusaha tetap tersenyum padanya.

        Leon, kalau begitu aku ucapkan selamat ya atas penerimaannya
     
        Whoa terima kasih kawan, lu mau nemenin gua kesini, lu orang pertama yang tau kabar gembira ini
     
(ya, kabar gembira sekaligus menyakitkan buatku Leon)

        Hee, iy leon. Sebelumnya aku ingin berpesan satu hal padamu leon
    
        Apa itu kawan??
    
        Apa kau benar-benar mencintai viona??
    
        Tentu saja kawan, gua berjanji bakal ngejagain dia seumur hidup gua, gua ngga bakal nyakitin dia, ini janji gua Leonardo padamu.
                
        Baiklah, aku pegang janjimu. Bahagiakan viona, jangan biarkan dia bersedih. Jika aku mendengar kabar yang tidak mengenakan tentangnya karenamu, aku orang pertama yang akan menghajarmu.
               
        Whoa whoa whoa, tunggu dulu kawan. Apa maksud perkataanmu barusan?? Lu juga suka viona??
               
        ...
            
        Oke oke, tak usah lu maksain diri, gua ngerti. Oke denger ini baik-baik kawan, gua Leonardo berjanji akan menjaga viona dengan segenap jiwa dan raga gua. Gua ngga bakal nyakitin dia, jika hal itu terjadi lu boleh menghajar gua. Oke fine!
               
        ...
          
        Ayolah ven, jangan ngambek gitu lah, ups maafin gua udah menceritakan hal yang barusan padamu...
               
        ...

        Leon, aku akan mengingat janjimu itu, tolong jaga viona baik-baik. Dan selamat kau sudah berhasil menaklukan hatinya, aku pamit duluan leon, sampai jumpa lagi.
               
        Oi oi ven, okelah sampai jumpa lagi kawan.

Kutinggalkan leon seorang diri di cafe itu. Kuberjalan tanpa mempedulikan teriknya matahari disiang itu, cerita yang kudengar barusan lebih menyita perhatianku dibanding rasa panas siang itu.