Viona,
sosok wanita mandiri dan cerdas, adalah seorang pecinta tanaman. Bersama
ibunya, ia membuat taman kecil disamping rumahnya, sebuah hot house dibangun
guna perawatan tanaman kecilnya. Ada pengalaman lucu atau kalian bisa
menyebutnya ini keterlaluan, terserah. Cerita ini mengenai tanaman yang ia
rawat, pernah disuatu sore yang agak mendung, ia tiba-tiba menelponku dengan
nada cemas.
*flashback
“kun.... tolong
kerumahku sekarang, jika tidak segera datang, mereka akan mati...” tuutt tuutt
viona menutup telepon begitu saja.
Bisa kalian
bayangkan, betapa paniknya mendapatkan telepon seperti itu dari orang yang kita
sayang, dan tanpa sempat kita bertanya apa yang terjadi, ia menutup
telponnya... what a girl? Bayangkan jika saat itu kita sedang dikamar kecil? Ah
terlalu sadis untuk dibayangkan heheee...
Mendapat telpon
barusan, langsung saja aku berangkat menuju rumah viona, tentunya menggunakan
motor pinjaman milik pelanggan ayahku yang sedang diperbaiki. Karena memang ayahku
adalah seorang mekanik dan membuka bengkel kecil disamping rumah kami, dengan
nama Riddle & Anna. Dan itu artinya aku sudah siap menerima ocehan ayah
saat pulang nanti, tapi sudahlah viona lebih penting untuk saat ini.
Diperjalanan
menuju rumah viona, hujan deras menghadangku dan sialnya aku lupa membawa jas
hujan, what a day! Dengan kecepatan penuh, kupacu laju motor yang agak goyang
karena memang sedang diservis. Tapi kuabaikan itu, ini demi viona.
Akhirnya aku
sampai dirumah viona, baju ini sudah basah kuyup dan hujan semakin deras saja. Viona
membukakan pintu dan berlari kearahku dengan payungnya.
“kun.... kenapa
kau basah-basahan begini? Cepat masuk, nanti kau sakit”
*(ini kan karena
kau juga vio yang menyuruhku kemari)
“baiklah, vio aku
parkir motor dulu”
“ah itu nanti
saja, parkir motormu di depan pintu saja, lagipula kau sudah basah kuyup
begini, cepat jangan sampai kau sakit kun”
*(vio memang
wanita yang begitu pengertian)
“ini gunakan
handuk ini untuk mengeringkan tubuhmu, kun”
“kau bisa gunakan
baju ayahku, sementara itu pakaianmu kukeringkan ya”
“hei” kusela
pembicaraannya agar dia tidak terlalu banyak bicara
“vio, kenapa kau
begitu santai?”
“heh?? Apa
maksudmu kun?” vio terlihat kebingungan dengan pertanyaanku barusan.
“kenapa kau tak
terlihat panik, vio?”
“heh?? Aku tak
mengerti yang kau maksud kun?” vio semakin bingung
“itu soal tolong,
cepat dan akan mati” kujelaskan dengan sedikit peragaan padanya.
“hihiii itu bisa
dilakukan nanti, saat hujan sudah reda kun”
“hah?? Apa maksudmu?
Ini berkaitan soal hidup dan mati, dan kau sebegitu santainya menanggapi soal
ini, vio??” aku tak habis pikir.
“hihii baiklah,
biar kujelaskan padamu ya, siang itu saat aku ingin menyiram tanamanku dan
siang itu jadwalnya memberikan pupuk buat tanamanku, tapi aku kehabisan pupuk,
makanya aku telpon kamu untuk kesini :P”
“kenapa kau
seenaknya menutup telpon dengan membuat orang lain sangat khawatir?”
“saat itu pulsaku
habis kun :P”
Dengan nada tanpa
bersalah viona menjelaskan hal itu, lalu memberikan list belanjaan yang akan
dibeli.
“ini, tolong ya
kun, jika tidak dibeli mereka akan mati J”
“ah entahlah,
moodku sedang tidak enak”
Sudah berapa kali aku dikejutkan oleh viona, seharusnya aku sudah hafal
akan hal ini. Namun sindrom 60 detik yang kualami, seolah menghapus ingatan itu
dan pada akhirnya aku selalu berakhir seperti ini.
“riddle kun, apa
kau tak mau membantu kekasihmu ini, hah?? Apa kau tahu akibatnya, hah??” viona
mengepalkan tinjunya dan mengarahkan kepadaku.
“knuckle punch!!!”
*bruaaahhhh
Pukulan
seorang pemegang sabuk hitam memang sangat kuat............. rasa dingin karena
kehujanan beralih menjadi rasa sakit yang tak tertahankan. Sepulang dari rumah
viona, aku dimarahi ayah karena membawa kabur motor pelanggannya. What a day!!
Membaca cerita diatas, kalian
boleh berasumsi apapun tentang kami. Namun rasa sakit itu masih terasa, dan
sore ini entah janji apa yang kubuat dengan viona. Aku sudah lupa.
“hei
ven, bagaimana hari pertamamu dikantor?”
Lamunanku
dibuyarkan otto, si penjaga toko koran itu.
“hehee
tidak begitu buruk kawan, ya memang ada sedikit yang tak sesuai harapan sih”
“berhubung
kau sudah bekerja sekarang, maka bulan depan, kau harus membayar
hutang-hutangmu padaku, okee”
“okee
tak masalah” jawab ven sambil mengacungkan jempol dan melemparkan senyuman
khasnya.
“eehh
senyuman itu, tidak kali ini aku tak ingin membantumu lagi!”
“hehee
ayolah kawan, aku mohon bantuanmu, aku harus buru-buru ke tempat viona,
kekasihku”
“kenapa
tak kau pinjam saja motor di bengkel ayahmu itu, ven?”
“beliau
melarangku melakukannya lagi, kumohon otto pinjamkan aku motormu kali ini ya ya
ya” dengan muka memelas.
“aku
tipe orang yang tak tega melihat orang lain mengiba padaku meminta pertolongan,
kau memang benar-benar pandai memanfaatkan kelemahanku ini ven, baiklah ini
kuncinya, tolong hati-ha....”
“baiklah,
thanks Otto” dan bruumm.....
“hati...HEI
JIKA KAU TAK MENGEMBALIKAN MOTORKU DALAM KEADAAN UTUH, KUPASTIKAN KAU AKAN
MENYESAL VEEENNN!!!!” otto meneriaki ven.
*diperjalanan menuju rumah vio,
ven mampir ke sebuah minimarket.
“hmm
kali ini aku akan membalas mengerjai mu sayang, tunggu balasanku kali ini
hahahaa” tawa jahat ven yang sumbang.
“hei
hei lihat anak muda itu sepertinya kurang waras, jadi takut lihatnya” beberapa
ibu-ibu diminimarket menjadi ilfeel melihat ven yang berteriak seorang diri.
Singkat
cerita, ven sudah tiba dirumah viona tepat saat matahari berpulang ke
peraduannya.
“kun,
syukurlah kamu inget dengan janji kita hari ini, senangnya” viona tersenyum
padaku.
“hehee
tentu vio, sayang” sejujurnya aku tak mengingatnya (T-T)b syukurlah vio tak
menyadarinya.
“jadi
kita makan malam dimana sekarang?” tanya vio
“ehh
makan malam?? Dimana ya?”
“tuh
kan, jangan bilang kau belum menentukannya, kun” vio terlihat sedikit kesal,
dengan menekuk mukanya.
“hei
hei jangan-jangan kau malah lupa kalau malam ini kita mau dinner, ya?” jari
telunjuk vio tepat mengenai hidungku. Aku sedikit memundurkan tubuhku tapi
sialnya dinding ini menahanku.
“hehe
baiklah, aku mengakuinya vio, aku memang melupakan janji kita, bahkan acara
dinner ini pun aku tak mengingatnya”
“baiklah,
berhubung kau belum menentukannya, malam ini kita akan makan di resto vegiefood”
“haah??
Itukan restoran vegetarian? Apa kau menganggapku ini kambing yang suka makan
dedaunan, vio”
*cubit
“hei kun, berarti kau anggap aku ini kambing juga ya?”
“ya
memang, seekor kambing yang cantik :P”
“apaan
sih?? jangan menggombaliku kun” *dzigg
“seneng
sih seneng, tapi jangan pakai pukulan juga, sakit vio”
(lain
kali aku mesti hati-hati kalau ada niatan menggombali viona huhuuu)
“oke
kita berangkat, kun”
Sampailah ven
dan viona di resto vegiefood, sebuah restoran khusus para vegetarian
satu-satunya di kota metro. Pelayanan yang baik dan kesegaran hidangan menjadi
nilai plus resto ini, hanya saja kekurangan di resto ini tidak ada menu sate
kambing.
Mereka segera mengambil tempat untuk
memesan hidangan. Seorang pramuniaga menawarkan menu, dan tanpa perlu waktu
lama, vio sudah memilih menu apa yang akan dimakan. Vio rupanya sudah menjadi
pelanggan tetap di resto ini.
“vio,
aku punya kejutan untukmu”
“wah
apa itu sebuah cincin? Kalung berlian? Voucher ke luar negeri?”
“hei
hei jangan mengkhayal berlebihan”
“ini
sebuah kado untukmu, untuk hari jadi kita yang ke 2 tahun”
“wahh
terima kasih sayang, rupanya kau mengingatnya, terima kasih” *hugh*
Viona memeluk ven dengan eratnya.
“malam
ini aku merasa sangat bahagia, sayang” vio melepaskan pelukannya.
“kun,
aku ke kamar kecil dulu” vio berlalu dari tempat duduknya.
Selagi viona pergi, ven sedang
asyik dengan sesuatu ditangannya. Sebuah kejutan untuk viona, sepertinya.
“hehee
dengan ini, vio pasti akan ketakutan, aku yakin itu, analisisku pasti tepat,
yosh” sambil teriak.
“anak
muda itu berisik sekali, seperti resto ini milik kakeknya saja” keluh salah
seorang pelanggan di samping meja ven.
“kun,
kau terlihat sangat bersemangat banget, ada apa sih?” tanya vio yang baru saja
kembali dan hendak duduk.
“vio,
pejamkan matamu sebentar ya, ada kejutan untukmu”
“baiklah,
kun” vio memejamkan matanya.
Sudah
sekian lama, aku belum menemukan kelemahan viona, dan terakhir kali aku bertamu
kerumahnya, tanpa sengaja aku membuka album kenangan masa kecilnya. Dan aku
mendapatkan petunjuk tentang apa yang paling ditakuti viona .
“baik, sekarang
buka matamu, sayang”
“taarraa”
“eh balon? Hahahaa
oh jadi begitu, kun”
viona tak
terkejut sama sekali, ini sungguh membingungkan. Analisaku salah ternyata.
“isi hadiah
ini pun aku sudah bisa menduganya, kun”
“ah vio, kau
sama sekali tak seru huft” wanita satu ini memang tak punya rasa takut T-T mengerikan.
“permisi,
pesanan anda tuan, nyonya, silahkan” pramuniaga menyela pembicaraan kami.
“kun sayang,
dimakan ya, khusus malam ini kamu jadi kambing tentunya ditemani kambing yang
cantik ini hihiii”
“heeehh
baiklah, kamu ini sama sekali tak punya rasa takut pada apapun ya”
“hmm phobia
ya...” sambil mengetuk-ngetuk garpu di bibirnya, vio berpikir
“nah,
sepertinya memang tidak ada kun hihihiii”
“zzzz kau ini,
oh iya makanan ini namanya apa?”
“hmm... salad
ulat sutra”
“heugh...
aku mual mendengarnya...”
“hei
kun, di bajumu ada ulat tuh!”
“aaaarrrggghhh
hush hush pergi”
Ven sangat panik mendengar ada
seekor ulat di bajunya, saking paniknya sampai-sampai kursi yang didudukinya
terbalik dan ven pun pingsan.
“hei
kun, bangun.. jangan pingsan disini, tadi aku cuma bercanda kun.. salad ulat
sutra itupun cuma istilah...”
Seisi resto pun mengalihkan
perhatiannya pada pasangan ini, beberapa orang mencoba ikut membangunkan ven
riddle.
“hei
kun, bangun kun... maafkan aku kun... cepat bangun...” sedari tadi vio terus
mencoba menyadarkan ven riddle, namun nihil.
“nona,
coba kau cek detak jantungnya” seru salah seorang dekat vio.
Vio
merebahkan tubuhnya ke tubuh ven untuk mendengarkan detak jantungnya, tapi
tiba-tiba tangan ven memeluknya.
“kena
kau vio, hehee” kali ini aku berhasil membuat vio panik.
“heehh
apa kau bilang?” *knuckle punch *dzig
Sebuah pukulan mendarat tepat di
perut ven yang baru saja terbangun, dan sedetik kemudian ambruk kembali.
“oke
oke, maaf membuatmu cemas vio, pukulanmu barusan cukup sakit juga”
“kamu
beruntung kun, itupun sudah didiskon dengan pukulan sayang”
“hei
hei memang ada yang seperti itu?? Tapi vio, coba kau buka hadiah yang kuberikan
padamu sebelumnya”
Vio
membuka hadianya, dan seketika matanya berkaca-kaca.
“terima
kasih kun, ini sangat indah...”
Dan makan malam itu pun, berakhir
dengan perasaan haru.
Chapter 6
– END
Riddle : oi oi, apa isi hadiahnya??
NaraTHOR : loh, bukannya kau sendiri yang
memberikannya pada vio?? Masa sendirinya ga tahu sih?
Riddle : ah ini ulah si author kita, dia
sama sekali tak memberitahuku soal ini, hei AZIS SAN cepat beritahu, apa isi
kadonya!!!
Azis : hahaa nungguin ya.... :P itu
rahasia
Riddle : aarrgghh aku beralih jadi
penjahat saja deh kalau begitu, rasanya pengen cekik lehermu, azis san....
naraTHOR jangan halangi aku, hentikan....
naraTHOR : oi oi, aku sama sekali tak menyentuhmu...
-____-