Sunday, May 18, 2014

Riddle Chapter 6 : aku masih mengingatnya

Viona, sosok wanita mandiri dan cerdas, adalah seorang pecinta tanaman. Bersama ibunya, ia membuat taman kecil disamping rumahnya, sebuah hot house dibangun guna perawatan tanaman kecilnya. Ada pengalaman lucu atau kalian bisa menyebutnya ini keterlaluan, terserah. Cerita ini mengenai tanaman yang ia rawat, pernah disuatu sore yang agak mendung, ia tiba-tiba menelponku dengan nada cemas.


*flashback
                “kun.... tolong kerumahku sekarang, jika tidak segera datang, mereka akan mati...” tuutt tuutt viona menutup telepon begitu saja.
                Bisa kalian bayangkan, betapa paniknya mendapatkan telepon seperti itu dari orang yang kita sayang, dan tanpa sempat kita bertanya apa yang terjadi, ia menutup telponnya... what a girl? Bayangkan jika saat itu kita sedang dikamar kecil? Ah terlalu sadis untuk dibayangkan heheee...
                Mendapat telpon barusan, langsung saja aku berangkat menuju rumah viona, tentunya menggunakan motor pinjaman milik pelanggan ayahku yang sedang diperbaiki. Karena memang ayahku adalah seorang mekanik dan membuka bengkel kecil disamping rumah kami, dengan nama Riddle & Anna. Dan itu artinya aku sudah siap menerima ocehan ayah saat pulang nanti, tapi sudahlah viona lebih penting untuk saat ini.
                Diperjalanan menuju rumah viona, hujan deras menghadangku dan sialnya aku lupa membawa jas hujan, what a day! Dengan kecepatan penuh, kupacu laju motor yang agak goyang karena memang sedang diservis. Tapi kuabaikan itu, ini demi viona.
                Akhirnya aku sampai dirumah viona, baju ini sudah basah kuyup dan hujan semakin deras saja. Viona membukakan pintu dan berlari kearahku dengan payungnya.
                “kun.... kenapa kau basah-basahan begini? Cepat masuk, nanti kau sakit”
                *(ini kan karena kau juga vio yang menyuruhku kemari)
                “baiklah, vio aku parkir motor dulu”
                “ah itu nanti saja, parkir motormu di depan pintu saja, lagipula kau sudah basah kuyup begini, cepat jangan sampai kau sakit kun”
                *(vio memang wanita yang begitu pengertian)
                “ini gunakan handuk ini untuk mengeringkan tubuhmu, kun”
                “kau bisa gunakan baju ayahku, sementara itu pakaianmu kukeringkan ya”
                “hei” kusela pembicaraannya agar dia tidak terlalu banyak bicara
                “vio, kenapa kau begitu santai?”
                “heh?? Apa maksudmu kun?” vio terlihat kebingungan dengan pertanyaanku barusan.
                “kenapa kau tak terlihat panik, vio?”
                “heh?? Aku tak mengerti yang kau maksud kun?” vio semakin bingung
                “itu soal tolong, cepat dan akan mati” kujelaskan dengan sedikit peragaan padanya.
                “hihiii itu bisa dilakukan nanti, saat hujan sudah reda kun”
                “hah?? Apa maksudmu? Ini berkaitan soal hidup dan mati, dan kau sebegitu santainya menanggapi soal ini, vio??” aku tak habis pikir.
                “hihii baiklah, biar kujelaskan padamu ya, siang itu saat aku ingin menyiram tanamanku dan siang itu jadwalnya memberikan pupuk buat tanamanku, tapi aku kehabisan pupuk, makanya aku telpon kamu untuk kesini :P”
                “kenapa kau seenaknya menutup telpon dengan membuat orang lain sangat khawatir?”
                “saat itu pulsaku habis kun :P”
                Dengan nada tanpa bersalah viona menjelaskan hal itu, lalu memberikan list belanjaan yang akan dibeli.
                “ini, tolong ya kun, jika tidak dibeli mereka akan mati J
                “ah entahlah, moodku sedang tidak enak”
Sudah berapa kali aku dikejutkan oleh viona, seharusnya aku sudah hafal akan hal ini. Namun sindrom 60 detik yang kualami, seolah menghapus ingatan itu dan pada akhirnya aku selalu berakhir seperti ini.
                “riddle kun, apa kau tak mau membantu kekasihmu ini, hah?? Apa kau tahu akibatnya, hah??” viona mengepalkan tinjunya dan mengarahkan kepadaku.
                “knuckle punch!!!”
                *bruaaahhhh
                Pukulan seorang pemegang sabuk hitam memang sangat kuat............. rasa dingin karena kehujanan beralih menjadi rasa sakit yang tak tertahankan. Sepulang dari rumah viona, aku dimarahi ayah karena membawa kabur motor pelanggannya. What a day!!


Membaca cerita diatas, kalian boleh berasumsi apapun tentang kami. Namun rasa sakit itu masih terasa, dan sore ini entah janji apa yang kubuat dengan viona. Aku sudah lupa.
                “hei ven, bagaimana hari pertamamu dikantor?”
                Lamunanku dibuyarkan otto, si penjaga toko koran itu.
                “hehee tidak begitu buruk kawan, ya memang ada sedikit yang tak sesuai harapan sih”
                “berhubung kau sudah bekerja sekarang, maka bulan depan, kau harus membayar hutang-hutangmu padaku, okee”
              “okee tak masalah” jawab ven sambil mengacungkan jempol dan melemparkan senyuman khasnya.
                “eehh senyuman itu, tidak kali ini aku tak ingin membantumu lagi!”
                “hehee ayolah kawan, aku mohon bantuanmu, aku harus buru-buru ke tempat viona, kekasihku”
                “kenapa tak kau pinjam saja motor di bengkel ayahmu itu, ven?”
                “beliau melarangku melakukannya lagi, kumohon otto pinjamkan aku motormu kali ini ya ya ya” dengan muka memelas.
                “aku tipe orang yang tak tega melihat orang lain mengiba padaku meminta pertolongan, kau memang benar-benar pandai memanfaatkan kelemahanku ini ven, baiklah ini kuncinya, tolong hati-ha....”
                “baiklah, thanks Otto” dan bruumm.....
                “hati...HEI JIKA KAU TAK MENGEMBALIKAN MOTORKU DALAM KEADAAN UTUH, KUPASTIKAN KAU AKAN MENYESAL VEEENNN!!!!” otto meneriaki ven.

*diperjalanan menuju rumah vio, ven mampir ke sebuah minimarket.
                “hmm kali ini aku akan membalas mengerjai mu sayang, tunggu balasanku kali ini hahahaa” tawa jahat ven yang sumbang.
                “hei hei lihat anak muda itu sepertinya kurang waras, jadi takut lihatnya” beberapa ibu-ibu diminimarket menjadi ilfeel melihat ven yang berteriak seorang diri.

                Singkat cerita, ven sudah tiba dirumah viona tepat saat matahari berpulang ke peraduannya.
                “kun, syukurlah kamu inget dengan janji kita hari ini, senangnya” viona tersenyum padaku.
                “hehee tentu vio, sayang” sejujurnya aku tak mengingatnya (T-T)b syukurlah vio tak menyadarinya.
                “jadi kita makan malam dimana sekarang?” tanya vio
                “ehh makan malam?? Dimana ya?”
                “tuh kan, jangan bilang kau belum menentukannya, kun” vio terlihat sedikit kesal, dengan menekuk mukanya.
                “hei hei jangan-jangan kau malah lupa kalau malam ini kita mau dinner, ya?” jari telunjuk vio tepat mengenai hidungku. Aku sedikit memundurkan tubuhku tapi sialnya dinding ini menahanku.
                “hehe baiklah, aku mengakuinya vio, aku memang melupakan janji kita, bahkan acara dinner ini pun aku tak mengingatnya”
                “baiklah, berhubung kau belum menentukannya, malam ini kita akan makan di resto vegiefood”
                “haah?? Itukan restoran vegetarian? Apa kau menganggapku ini kambing yang suka makan dedaunan, vio”
                *cubit “hei kun, berarti kau anggap aku ini kambing juga ya?”
                “ya memang, seekor kambing yang cantik :P”
                “apaan sih?? jangan menggombaliku kun” *dzigg
                “seneng sih seneng, tapi jangan pakai pukulan juga, sakit vio”
                (lain kali aku mesti hati-hati kalau ada niatan menggombali viona huhuuu)
                “oke kita berangkat, kun”
Sampailah ven dan viona di resto vegiefood, sebuah restoran khusus para vegetarian satu-satunya di kota metro. Pelayanan yang baik dan kesegaran hidangan menjadi nilai plus resto ini, hanya saja kekurangan di resto ini tidak ada menu sate kambing.
Mereka segera mengambil tempat untuk memesan hidangan. Seorang pramuniaga menawarkan menu, dan tanpa perlu waktu lama, vio sudah memilih menu apa yang akan dimakan. Vio rupanya sudah menjadi pelanggan tetap di resto ini.
                “vio, aku punya kejutan untukmu”
                “wah apa itu sebuah cincin? Kalung berlian? Voucher ke luar negeri?”
                “hei hei jangan mengkhayal berlebihan”
                “ini sebuah kado untukmu, untuk hari jadi kita yang ke 2 tahun”
                “wahh terima kasih sayang, rupanya kau mengingatnya, terima kasih” *hugh*
Viona memeluk ven dengan eratnya.
                “malam ini aku merasa sangat bahagia, sayang” vio melepaskan pelukannya.
                “kun, aku ke kamar kecil dulu” vio berlalu dari tempat duduknya.
Selagi viona pergi, ven sedang asyik dengan sesuatu ditangannya. Sebuah kejutan untuk viona, sepertinya.
                “hehee dengan ini, vio pasti akan ketakutan, aku yakin itu, analisisku pasti tepat, yosh” sambil teriak.
                “anak muda itu berisik sekali, seperti resto ini milik kakeknya saja” keluh salah seorang pelanggan di samping meja ven.
                “kun, kau terlihat sangat bersemangat banget, ada apa sih?” tanya vio yang baru saja kembali dan hendak duduk.
                “vio, pejamkan matamu sebentar ya, ada kejutan untukmu”     
                “baiklah, kun” vio memejamkan matanya.
                Sudah sekian lama, aku belum menemukan kelemahan viona, dan terakhir kali aku bertamu kerumahnya, tanpa sengaja aku membuka album kenangan masa kecilnya. Dan aku mendapatkan petunjuk tentang apa yang paling ditakuti viona     .
“baik, sekarang buka matamu, sayang”
“taarraa”
“eh balon? Hahahaa oh jadi begitu, kun”
viona tak terkejut sama sekali, ini sungguh membingungkan. Analisaku salah ternyata.
“isi hadiah ini pun aku sudah bisa menduganya, kun”
“ah vio, kau sama sekali tak seru huft” wanita satu ini memang tak punya rasa takut T-T mengerikan.
“permisi, pesanan anda tuan, nyonya, silahkan” pramuniaga menyela pembicaraan kami.
“kun sayang, dimakan ya, khusus malam ini kamu jadi kambing tentunya ditemani kambing yang cantik ini hihiii”
“heeehh baiklah, kamu ini sama sekali tak punya rasa takut pada apapun ya”
“hmm phobia ya...” sambil mengetuk-ngetuk garpu di bibirnya, vio berpikir
“nah, sepertinya memang tidak ada kun hihihiii”
“zzzz kau ini, oh iya makanan ini namanya apa?”
“hmm... salad ulat sutra”
                “heugh... aku mual mendengarnya...”   
                “hei kun, di bajumu ada ulat tuh!”
                “aaaarrrggghhh hush hush pergi”
Ven sangat panik mendengar ada seekor ulat di bajunya, saking paniknya sampai-sampai kursi yang didudukinya terbalik dan ven pun pingsan.
                “hei kun, bangun.. jangan pingsan disini, tadi aku cuma bercanda kun.. salad ulat sutra itupun cuma istilah...”
Seisi resto pun mengalihkan perhatiannya pada pasangan ini, beberapa orang mencoba ikut membangunkan ven riddle.
                “hei kun, bangun kun... maafkan aku kun... cepat bangun...” sedari tadi vio terus mencoba menyadarkan ven riddle, namun nihil.
                “nona, coba kau cek detak jantungnya” seru salah seorang dekat vio.
                Vio merebahkan tubuhnya ke tubuh ven untuk mendengarkan detak jantungnya, tapi tiba-tiba tangan ven memeluknya.
                “kena kau vio, hehee” kali ini aku berhasil membuat vio panik.
                “heehh apa kau bilang?” *knuckle punch *dzig
Sebuah pukulan mendarat tepat di perut ven yang baru saja terbangun, dan sedetik kemudian ambruk kembali.
                “oke oke, maaf membuatmu cemas vio, pukulanmu barusan cukup sakit juga”
                “kamu beruntung kun, itupun sudah didiskon dengan pukulan sayang”
                “hei hei memang ada yang seperti itu?? Tapi vio, coba kau buka hadiah yang kuberikan padamu sebelumnya”
                Vio membuka hadianya, dan seketika matanya berkaca-kaca.
                “terima kasih kun, ini sangat indah...”
Dan makan malam itu pun, berakhir dengan perasaan haru.

Chapter 6 – END

Riddle             : oi oi, apa isi hadiahnya??
NaraTHOR    : loh, bukannya kau sendiri yang memberikannya pada vio?? Masa sendirinya ga tahu sih?
Riddle             : ah ini ulah si author kita, dia sama sekali tak memberitahuku soal ini, hei AZIS SAN cepat beritahu, apa isi kadonya!!!
Azis                 : hahaa nungguin ya.... :P     itu rahasia
Riddle             : aarrgghh aku beralih jadi penjahat saja deh kalau begitu, rasanya pengen cekik lehermu, azis san.... naraTHOR jangan halangi aku, hentikan....

naraTHOR     : oi oi, aku sama sekali tak menyentuhmu... -____-

Wednesday, April 9, 2014

Riddle Chapter 5 : Detektif Muda, Ven Riddle

Pertemuan kami dengan sosok pemuda di sebuah rumah tua masih menjadi sebuah misteri bagiku. Terlebih dengan ucapannya padaku “salam perkenalan”. Dan sebuah fakta yang kubaca dari dokumen pribadi harry tentang keberadaan organisasi bawah tanah, blue mushroom. (red: bukan organisaisi penambang bawah tanah) *plakk

    Saat ini pihak kepolisian sedang meminta keterangan dari harry dan beberapa awak media sudah memenuhi tempat ini untuk mencari berita. Tentunya karena mereka diundang olehnya heheee.

    “detektif, bisa anda jelaskan kejadian ini kepada kami?? Apa yang anda temukan dari kejadian ini?? Apa ini masih berhubungan dengan kasus yang kemaren?? Bla bla bla dan bla” beberapa wartawan menghujani kami dengan begitu banyak pertanyaan. Oh iya aku malah ditarik oleh detektif harry untuk ikut menjawab pertanyaan wartawan, padahal aku sama sekali tidak ingin.

    “hei nona wartawan yang cantik, sebelum menjawab pertanyaanmu, boleh kutahu siapa namamu??” tanya harry kepada salah satu wartawan wanita di depan kami.

    Ya, ternyata selain punya kepribadian ganda, ternyata dia juga seorang pemuja wanita cantik. Detektif macam apa ini?? -____-

    “eh, ya perkenalkan namaku, nadine sandman, reporter berita harian metro city, sir” dia memperkenalkan diri dengan senyuman manisnya.

    “oh iya, miss nadine dan semua teman media, kasus kali ini murni bunuh diri dan tidak ada hubungannya dengan kasus lain yang kuselesaikan, oke terima kasih”

    “selama ada detektif harry sullivan, semua kasus akan terselesaikan hahaaa”

    “oh iya, aku lupa akan satu hal, kasus ini tidak akan berhasil tanpa bantuan rekan baruku, kuperkenalkan pada dunia, seorang detektif muda bernama Ven Riddle”

    “mulai sekarang, kau akan sekeren diriku, ven hahahaaa” bisik harry padaku.

Sepertinya aku salah mencari partner, ketertarikanku di dunia detektif adalah banyaknya rahasia dan kode-kode yang harus dipecahkan, bukan untuk terkenal seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi -___-
Sesi pertanyaan wartawan pun berakhir. Dan pihak kepolisian sudah mendapatkan cukup bukti dan keterangan untuk diproses lebih lanjut.

    “hei, detektif muda” seseorang menepuk pundaku dari belakang dan dia ternyata seorang wanita cantik.
    “ini aku, wartawan metro city, nadine sandman”

    “oh iya, kau yang tadi digoda oleh detektif harry itu” seorang wanita cantik sedang berdiri dihadapanku dan mengajakku berbicara empat mata, tapi perasaan aneh apa ini?? Seperti ada hawa gelap disekitar kami. Ah entahlah, mungkin Cuma khayalanku saja.
    “hei, ven apa kau melamun? Haloo?”

    “oh hahaa, maaf maaf” sindrom 60 detik, begitu ku menyebutnya, barusaja kambuh lagi.
    “aku tak menyangka, detektif harry mempunyai partner yang tampan”

    “ehh?? Maksudmu?” aku terkejut mendengar pernyataannya barusan. Ya walaupun aku sudah tahu soal itu, karena memang banyak yang mengatakan aku tampan hahahaaa.

    “ya, aku tipe orang yang selalu berterus terang, dan sepertinya aku menyukaimu, ven” muka nadine nampak memerah.

    “oi oi tunggu dulu” sejujurnya, aku menyukai momen seperti ini, tapi hei kita baru saja kenal. Tapi apa memang pesonaku sedahsyat itu heheee.

    *bletakk
tiba-tiba sebuah pukulan mendarat kekepalaku.
    “hei anak muda, jangan mendahului orang tua, itu sungguh tidak sopan” detektif harry tiba-tiba muncul entah dari mana.
    “dan satu hal lagi, anak muda jangan terlalu banyak berkhayal, itu tidak baik”

Sebenarnya siapa disini yang tidak sopan? Datang begitu saja menyela pembicaraan orang lain, lalu memukulku tanpa perasaan bersalah sedikitpun.

    “hei nona manis, mari kita bicara sebentar sambil minum coffee, bagaimana??” detektif harry mengajak nadine ke suatu tempat. Dan meninggalkanku, ya meninggalkanku. Itu artinya aku seorang diri disini, aaarrrgggghhhh..... si tua bangka sialan, merusak momen bahagiaku saja. Tapi perasaan apa ini, hawa gelap itu terasa lagi. Perasaanku jadi tidak enak, sepertinya ada seseorang yang mengawasiku. Tapi dimana?? Aku melihat disekitar tak ada seorangpun yang mencurigakan.

    Lalu tiba-tiba, bunyi HP ku berdering.
    “viona, menelponku??” *senyum kecut

Sepertinya aku tahu, perasaan tidak enak ini berasal darimana. *glek glek
    “halo, sayang tumben menelpon, kangen ya??” aku mencoba bersikap tenang

    “RRRRIIIIDDDLLLEEEE KUUUUNNNNNN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”

Suara viona kali ini tak lembut seperti biasanya, kali ini terdengar begitu mengerikan.
    “iya sayang, ada apa?? Tiba-tiba marah begitu?” masih mencoba untuk tenang.

    “HEI pura-pura lupa atau memang sengaja lupa??”

    “itu sama saja -___-”

    “ngga, itu berbeda, pura-pura sama sengaja itu berbeda, lain kali saja kujelaskan soal itu”

    *hee memang sebaiknya begitu, lagipula itu bukanlah hal penting -__-

    “kun, apa kau lupa dengan janji kita sore ini HAH?? Coba lihat jammu sekarang!”

    “janji?? Sekarang pukul 16.30, bisa kau ingatkan lagi sayang??”

    Sial, aku lupa janjiku dengan viona sore ini, lagipula itu janji apa???? Aku sama sekali tak mengingatnya??
    “sebelum kujelaskan soal janji itu, ada yang ingin kutanyakan padamu!! Apa tadi kau menggoda seorang wanita, riddle kun??”

    “eh?? Apa yang kau bicarakan, vio??” perlu kalian tahu, viona mempunyai radar yang sangat akurat dimana dia selalu tahu saat aku sedang dekat dengan seorang wanita walau saat itu viona berada dirumahnya, rasa cemburunya begitu tinggi pengecualian terhadap nenek-nenek dia ikhlas katanya.  -___-

    “soal itu bisa jelaskan nanti, vio”

“lagipula, ia hanya seorang wartawan berita, bukan siapa-siapa, percayalah padaku”

“baiklah, lalu kenapa kau tidak segera kesini? Malah tampil narsis di televisi hufftt”

“hah?? Maksudmu?”

“iya, barusaja ada berita tentangmu ditelevisi, selamat ya sayang”

“hehee terima kasih, vio”

“LALU CEPAT KERUMAHKU SEKARANG!!!”

    “iya-iya tunggu aku sekitar 30 menit lagi”

Kututup telepon dari viona, yup memang seperti inilah hubungan kami, terlihat aneh memang bagi orang kebanyakan. Mood viona cenderung labil, sedetik lalu ia begitu romantis, sedetik kemudian dia menjadi sosok yang lain. Walau bagaimanapun, dia wanita yang baik dan ramah terhadap siapapun.

    “hei anak muda, mau pergi kemana kau?” detektif harry kembali seorang diri.

    “oh, detektif, hei dimana wartawan metro itu, bukankah tadi kau bersamanya??” tanyaku

    “hahahaa dasar anak muda, sepertinya kau berpikiran macam-macam padaku”

    “hei anak muda, ada beberapa hal yang ingin kuingatkan padamu” muka harry berubah serius dengan alis yang hampir menyatu.
    “pertama, berhati-hatilah dengan awak media. Mereka akan menggunakan cara apapun untuk mendapatkan informasi penting bahkan yang bersifat rahasia dari kita”
    “dan sepertinya kau hampir saja terjebak oleh perangkap mereka, seharusnya kau berterima kasih padaku tapi lupakan saja hahahaaa”
    “satu hal lagi, jangan sampai informasi rahasia tersebar ke masyarakat, hal ini hanya akan menimbulkan keresahan dan kekacauan”

    “baik, detektif” aku baru saja tersadar, memang saat wawancara tadi tidak semua informasi diberikan kepihak media, ada beberapa hal yang detektif harry sembunyikan. Mungkin informasi ini memang sangat rahasia.

    “boleh aku tanya satu hal, detektif? Apa laki-laki yang bunuh diri itu berhubungan dengan organisasi blue mushroom yang kau tunjukkan padaku??” tanyaku.

    “memang ada, dan perkataanya tentang salam perkenalan itu mengarah padamu, berhati-hatilah, sepertinya engkau sedang diawasi mereka, anak muda” terang harry dengan nada sangat-sangat serius. Kali ini benar-benar sangat serius.

    “tapi tenanglah, selama kau dalam pengawasanku, kau akan baik-baik saja hahahahaa”

    “-_____-“

Tapi penjelasan detektif harry barusan, membuatku merasa tidak nyaman. Dan memang sepertinya, mereka sedang mengawasiku. Hei, aku ini kan seorang detektif, resiko seperti ini memang bagian dari pekerjaanku, seharusnya aku tak terlalu terganggu soal ini. Mungkin aku memang harus banyak belajar dari detektif harry yang jam terbangnya sudah tinggi.



                                                               ---***---

*di sisi lain, di sebuah pinggiran kota

Disebuah tempat yang tidak disebutkan alamatnya karena ini sangat rahasia, terdapat beberapa pria berpakaian serba hitam dan salah satunya sedang terlibat pembicaraan melalui telepon dengan seseorang.

    “yes bos, orang baru itu bernama ven riddle, dia partner si detektif tua itu”

    “terus awasi dia, kemungkinan dia akan menyulitkan bisnis kita” jawab seseorang dari telepon.

    “baik bos, kami akan mencari lebih banyak informasi tentangnya, agen-agen kita sudah mulai bergerak”

    “alat pancing kita berjalan sukses, dia melakukan pekerjaannya dengan baik bos”

    “baik, kita akhiri pembicaraan ini” *tuuttt tutttt

Pembicaraan mereka terputus, dan pria-pria berbaju hitam mulai berpencar satu sama lain, keluar dari tempat yang tidak disebutkan alamatnya ini karena memang sangat rahasia.
                                                              
                                                                  ---*****---

*kembali ke ven riddle

    “ingat ini baik-baik anak muda, seorang laki-laki tidak pernah takut akan ancaman apapun terhadapnya karena itu mereka dijadikan pemimpin atas wanita untuk melindungi mereka” sebuah nasihat bijak dari seorang detektif harry.

    Memang disaat-saat seperti ini, sosok detektif harry menjadi sangat berkharisma dihadapanku. Dan sepertinya dia masih menjadi sosok idolaku heheee..

Chapter 5 – End
Wise Message
: “Biarkan misteri tetap menampakkan keindahannya dibalik bayangan, karena memang akan selalu ada misteri yang tetap menjadi misteri, itulah kehidupan”

Riddle san : “oi oi, apa kau mencoba berpuisi kali ini nara san??”

NaraTHOR : “hehee hanya sedikit berimprovisasi saja, riddle san :P”

Riddle san : “tapi tunggu dulu, sejak kapan percakapan kita ada di akhir chapter seperti ini??”

NaraTHOR : “entahlah, sepertinya penulis menginginkan ini, lagipula aku juga ingin terkenal sepertimu, walau jatahku hanya di setiap akhir chapter, tapi itu sangat berarti buatku, jika bagian ini dihilangkan, aku akan kehilangan pekerjaanku lalu bagaimana dengan nasib keluargaku nanti??”

Riddle san : “oi oi lebay banget sih, lagipula MEMANGNYA KAU INI PUNYA KELUARGA HAH!!!”

NaraTHOR : “ini keluargaku” *menyodorkan photo

Riddle san : “anakmu sangat lucu sekali nara san” *terharu
”oi oi, tunggu dulu, pembaca tak bisa melihat foto keluargamu, sudahlah cut cut”

-Fin-

Riddle Chapter 4 : Sebuah salam perkenalan

Detektif harry sullivan, seorang detektif idolaku sejak kecil. Ya walaupun melihat kenyataannya, sifatnya sangat jauh berbeda dari bayanganku selama ini. Hahaha, tak apalah. Oia kantornya terletak di perempatan jalan orchid, sangat strategis. Rekan satu-satunya sekaligus orang kepercayaannya saat ini hanya nona cassidy, wanita cerdas dibalik kesuksesan harry, dialah yang mengetahui semua sifat buruk harry.

    “hei, anak muda!! Melamun itu bukanlah hal yang baik”

    “ah iya” *sindrom ini kambuh lagi, arrrgghh barusan apa yang kulamunkan, sampai saat ini aku tak tahu nama sindrom ini, aku seringkali membayangkan hal-hal yang tidak terlalu penting. Sindrom yang membuatku membuat lamunan tak jelas selama 60 detik penuh.

“mulai sekarang, kau menjadi tangan kananku hahahaaa, segera kau akan melihat namamu ada di media-media pemberitaan, harry sullivan sekarang memiliki partner, sang detektif muda Ven Riddle”

“heheee iya Pak”

Detektif harry terlihat begitu semangat saat menceritakan hal barusan. Semangat yang sering kulihat di televisi saat ia baru menyelesaikan sebuah kasus. Wah kurasa ini adalah permulaan yang bagus buatku. Syukurlah

“Miss cassey, bisa keruanganku sebentar?” harry memanggil nona cassidy keruangannya.

Miss cassidy memasuki ruangan kami, dia membawakan kami minuman. Sungguh orang yang sangat baik.

“kau memang yang terbaik cassey, tak banyak yang bisa mengerti orang sepertiku sebaik dirimu” puji harry.

“aku sudah bekerja bersamamu lebih dari 10 tahun, apa yang ku tak tahu darimu harry?” balas cassidy.

“terima kasih, miss cassey. Uhm teh buatanmu begitu enak”

“terima kasih ven, itu membuatku merasa tersanjung, sepertinya kau cocok untuk menjadi pendampingku hee” miss cassey mencoba menggodaku.

*glup glup aku tersedak, sial
“uhuuk uhuukk, heh??” aku usap air teh dengan lengan bajuku.

“hehee tak usah gugup begitu ven, aku hanya bercanda lagipula kau lebih mirip seperti anaku daripada menjadi suamiku”

“eehhh suamiii??” jawaban miss cassey barusan membuatku semakin gugup. Tapi tunggu kenapa tiba-tiba aku menjadi sangat ngantuk.

“hei hei cassey, sudahlah jangan menggodanya berlebihan, nanti dia bakal pingsan” sela harry.

“humm kau telat harry, dia sudah pingsan” miss cassey tersenyum melihat ven yang tak sadarkan diri di ruangan harry.

    Hari pertamaku justru memberikan kesan yang tak terlalu bagus. Pertama, aku pingsan setelah kejatuhan benda berat dari atas lemari dan sekarang aku pingsan lagi karena digoda oleh miss cassey.   
    Setelah setengah jam berlalu, ven akhirnya tersadar.

    “hihii ven, maaf ya tadi aku sedikit berlebihan padamu”

    “eh itu, bukan hal yang besar kok, lagipula itu bukan kesalahanmu miss, hanya saja entah mengapa tubuhku tiba-tiba mengantuk begitu saja, kurasa aku bukanlah pingsan tapi tertidur” ya, barusan tubuhku entah kenapa terasa berat sekali dan sangat mengantuk.

    “oh iya aku baru ingat, tadinya aku ingin bilang ini dari awal, bajumu dipenuhi debu putih, sini biar kubersihkan ven” miss cassey melihat bajuku yang dipenuhi debu-debu putih.

    “oh iya, aku juga baru ingat, detektif harry ada hal yang sangat penting!!” pernyataan nona cassey barusan membuatku teringat akan kejadian pagi hari ini.

    “ada apa ven?” tanya harry.

    “bubuk putih yang menempel dibajuku ini adalah sejenis OPIUM” jelasku.

    “mengapa bubuk terlarang itu bisa menempel dibajumu, ven?” harry terlihat serius.

    “ini terjadi saat aku tengah menuju kekantor ini, aku menabrak seseorang dijalan dan barang bawaannya terjatuh dan mengenai bajuku” jelasku.

    “hmm OPIUM, nah saat kau meminum teh diruanganku, kau mengusap wajahmu dengan lengan bajumu kan, ven??” harry semakin terlihat serius.

    “hemm iya sir, dan sepertinya selain OPIUM yang dia bawa, dia juga membawa obat bius bersamanya, ya aku ingat, saat itu aku ingin membantunya tapi ia menolaknya, dan mungkin saat itu dia menempelkan obat bius itu di lengan bajuku ini tanpa kusadari”

    “hmm ini sangat aneh, ven” harry mengerutkan alisnya sampai terlihat seperti tersambung menjadi satu. Dengan tangannya menopang dagu, harry melihat ada yang aneh dari penjelasanku barusan.

    “oh iya, aku juga menemukan sebuah kartu nama bergambar jamur biru” jelasku

    Harry melihat serbuk putih yang diduga OPIUM di baju ven, dan menuju raknya dengan mengambil beberapa dokumen pribadinya.

    “heh seperti dugaanku, hei anak muda bersiaplah akan kejadian besar yang akan terjadi” jelas harry.

    “apa maksudmu, sir?” tanyaku.

    “ini adalah sebuah salam perkenalan dari mereka dan sepertinya mereka ingin menantangku hahahaaa” tertawanya sangat keras -___-

    “aku sama sekali tak mengerti apa yang kau katakan, sir”  aku semakin bingung.

    “ini bacalah” harry memperlihatkan padaku sebuah dokumen rahasia.

    “blue mushroom? apa ini??” tanyaku.

    Blue Mushroom, sebuah organisasi underground yang seringkali terlibat dalam transaksi obat-obatan terlarang. Pemimpin organisasi ini masih belum diketahui. Transaksi ilegal ini banyak melibatkan mafia-mafia besar luar negeri. Ciri khas dari organisasi ini adalah mereka tidak saling mengenal nama asli masing-masing anggotanya, mereka menggunakan nama alias tertentu. Pada tahun 2018, sebuah laboratorium rahasia tempat produksi obat-obatan terlarang pernah terbongkar pihak kepolisian kota Metro, harry sullivan termasuk dalam tim investigasi tempat produksi obat-obatan terlarang ini.

    “wow, tuan harry anda termasuk dalam tim investigasi saat itu?? kereeeeennn”
itu sungguh keren menurutku.

    “hahahaa memang akulah orang pertama yang menemukan laboratorium itu, anak muda hahahaaa” harry terlihat bangga akan prestasinya.

    “lalu, soal hal yang kau katakan barusan, apa hubungannya denganku sir??” tanyaku

    “eh soal itu, aku hanya bercanda hahahahaa” kelakar harry.

    “heeehhhh” *itu sama sekali tidak lucu.

    “tapi....itu memang salam perkenalan dari mereka ven, bersiaplah akan kemungkinan terburukmu” harry kembali serius.

    “hei hei sepertinya kalian melupakan sesuatu yang amat penting, ven kau bilang bertemu orang misterius itu saat menuju ke sini, itu berarti mereka saat ini berada sangat dekat dengan kita” jelas miss cassey.

    “oh iya, kemana orang itu pergi ven??” tanya harry.

    “saat itu dia langsung pergi dan menghilang di keramaian” jelasku.

    “okay, saatnya kita beraksi, hayo anak muda sepertinya ini saatnya kau menunjukan insting detektifmu!!” harry mengajakku untuk menyelidiki kasus ini.

    Kami pun langsung berangkat menuju tempat kejadian di pagi hari itu. Ini kasus pertamaku, ini akan menjadi hari yang hebat!!!

    “di tempat ini aku terakhir kali melihatnya sir”

    Kami menelusuri tempat sekitar untuk menemukan petunjuk berikutnya. Setelah menyisir tempat kejadian, kutemukan jejak bubuk putih yang persis dengan yang menempel di bajuku. Detektif harry pun terlihat bersemangat saat menemukan petunjuk yang kuperlihatkan padanya. Kami ikuti jejak bubuk tersebut yang membawa kami ke sebuah rumah tua, tapi lebih mirip disebut gubuk menurutku.

    “Hei anak muda, good job!! Sekarang kau lihat aksi sang detektif yang hebat ini” teriak harry.
    “HHIIIAAAAAAAATTTT”
Harry mendrobrak pintu reot itu dengan tenaga penuh sampai terlepas dari daun pintu.

    “ini terlalu berlebihan zzzzzz” -____-

Kami memasuki ruangan di gubuk tua itu, dan saat menuju ruang tengah kami nampak sesosok laki-laki paruh baya tengah duduk di kursi kayu dengan sebuah meja bulat didepannya. Aku tak bisa melihat dengan jelas wajah laki-laki misterius itu, ruangan disini begitu gelap, hanya sedikit cahaya dari lubang atap rumah yang menembus ruangan ini. Sosok laki-laki itu nampak seperti sebuah siluet dibalik cahaya yang masuk. Laki-laki misterius ini sangat mirip perawakannya dengan seseorang yang kutemui di pagi hari ini.

    “heeheee Selamat datang, detektif” sapa laki-laki tersebut pada kami.

    “hei, kau laki-laki yang kutemui pagi ini bukan?? Jawablah!” (ya, aku yakin dialah orangnya)

    “ini adalah sebuah salam perkenalan” jawabnya.

Hei dia tak menjawab pertanyaanku, namun suatu hal yang tidak terduga terjadi. Tiba-tiba saja laki-laki dihadapan kami mengalami kejang-kejang, dari mulutnya mengeluarkan busa dan seketika tubuhnya tumbang ke lantai. Aku langsung mendekatinya, mencoba untuk memberikan pertolongan pertama. Namun...

    “dia sudah meninggal, sir” kami terlambat.
    “dia mengalami keracunan”

Aku masih tak habis pikir, mengapa dia melakukan bunuh diri?? Apa maksud salam perkenalan darinya?? Dan kulihat detektif harry sedang menghubungi seseorang. Sepertinya dia menghubungi pihak kepolisian.

    “hei anak muda, apa yang kau lakukan?? Cepat hubungi pihak kepolisian, ini adalah kasus bunuh diri!” tiba-tiba dia memarahiku -___-

    “ehh?? Memang tadi kau menelpon siapa??”

    “wartawan”
    -____-

Chapter 4 – end
Wise message : Pantas saja, dia sebegitu terkenalnya.

Riddle san : “oi oi tunggu dulu! Nasihat macam apa itu??”
naraTHOR : “entahlah hahahaa”